Pernah bermain game Simon Says/Simon berkata? Ya, ini adalah permainan yang biasanya disuguhkan kepada anak-anak untuk mengisi waktu di ...

Money Says




Pernah bermain game Simon Says/Simon berkata? Ya, ini adalah permainan yang biasanya disuguhkan kepada anak-anak untuk mengisi waktu di sela-sela acara atau ice breaking.
Untuk yang belum pernah bermain, permainan ini sangatlah sederhana. Seorang pemandu/simon maju dan berada di depan audience, jika ia mengatakan sesuatu yang diawali dengan kata
"Simon berkata" maka audience harus mengikutinya, namun jika ia tidak menggunakan kata "Simon berkata" maka audience tidak perlu mengikuti apa yang dikatakan pemandu tersebut.
Cukup sederhana bukan? Permainan ini menarik, melatih konsentrasi apakah dia memperhatikan simon atau tidak. Di sini kadang masih ada saja audience yang tidak memeprhatikan Simon,
akhirnya ia pun harus mendapatkan hukuman di akhir permainan dan hukumannya biasanya tergantung kesepakatan bersama. Mau coba ?
Apakah permainan ini terlalu menyenangkan bagi kebanyakan orang sehingga diterapkan dalam kehidupan nyata ? Money says, bisa dibilang seperti itu sejak era revolusi industri atau apalah itu
yang saya sendiri juga tidak terlalu paham. Dinamika pasar, modal, atau mungkin yang lebih dikenal kapitalis dimana yang menjadi komando utama adalah uang. Penulis tidak ingin berbicara terlalu panjang mengenai ini karena basic dari penulis bukan bagian ekonomi, sehingga ditakutkan akan terjadi pembicaraan tanpa dasar. Namun, lihat saja dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukankah uang yang menentukan hampir segalanya ?
Seseorang dinyatakan bersalah oleh Sang Hakim di pengadilan, namun vonis itu dapat berubah jika uang tidak ingin berkata demikian. Seseorang yang ingin menang dalam pemilihan umum, ia akan ber-orasi dengan berjuta kata mutiara seharusnya ia bisa saja menang, namun tidak jika uang dari kubu lawan berkata bukan ia yang menang. Entah kenapa, namun memang benar jika tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh uang, di akhir akan mendapatkan hukuman. Pengadilan memvonis yang tidak bersalah karena uang berbicara demikian. Kemanusiaan dan nurani hanya omong kosong yang terus menerus digaungkan tanpa perwujudan.
Uang seakan bisa mengalahkan jabatan dan kewenangan, semua bisa diselewengkan oleh uang. Apapun yang lurus bisa dibengkokkan, apa yang bengkok bisa diluruskan. Bahkan, hampir tak ada yang tidak mungkin jika uang sudah berkata demikian. Larangan Tuhan dilanggar, tak apa masih bisa dimaafkan ada kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Namun, bila anda melanggar apa yang uang katakan, maka tidak ada ampun untuk anda. Suara uang dianggap sebagai suara Tuhan, bahkan seakan-akan mengalahkan perintah dan larangan dari Tuhan. Manusia lupa akan siapa penciptanya dan mirisnya ia dilupakan oleh apa yang sudah ia ciptakan. Manusia membuat uang dengan tujuan menjadi pembantu/budak manusia meski tanpa disadari justru sebaliknya yang terjadi. Manusia berani menerjang larangan Tuhan apabila uang yang memerintahkannya, tak tahu mereka sadar atau tidak jika sudah mempertuhankan apa yang bukan Tuhan. Pernah juga hal ini disinggung oleh KH Ahmad Musthofa Bisri dengan puisi beliau berjudul "Negeri Amplop" yang menurut penulis isinya sungguh luar biasa menarik dan menggambarkan dunia di masa kini.Meskipun saya tidak ingin mengatakan di negeri ini semua demikian, karena masih ada bahkan banyak manusia dengan nurani yang dipegang teguh sebagai keyakinannya. Mungkin hanya sifat zuhud yang bisa diterapkan oleh manuia agar terhindar dari sifat tamak, rakus, dan mempertuhankan uang. Namun sifat ini terus saja terkikis seiring perkembangan zaman, hanya orang dewasa lah yang bisa menerapkannya. Bukan dewasa dalam artian usia, tapi dalam kebijaksanaan. Buktinya, simon says hanya untuk anak-anak. Pertanyaan terbesarnya adalah apakah kita hanya akan terus menjadi anak-anak yang selalu memainkan money says?

Salam cinta dan kasih dari penulis :))
Yogi Tri Sumarno
10 November 2018

0 komentar:

     Media sosial sedang dihebohkan dengan fenomena Quarter Life Crisis  (QLC), apa itu QLC? QLC adalah sebuah fenomena yang menjadi topik...

Quarter Life Crisis/Qonaah Life Cycle ?

    

Media sosial sedang dihebohkan dengan fenomena Quarter Life Crisis (QLC), apa itu QLC? QLC adalah sebuah fenomena yang menjadi topik menarik di media dan juga terkenal sebagai tantangan menuju kedewasaan (Rosen, 2019). Remaja menuju dewasa usia kisaran 18-30 tahun merupakan usia rata-rata dimana terjadi QLC ini. Tanda dari QLC ini dapat diketahui melalui sosial media terutama Twitter dan menjadi sangat tren di kalangan remaja Persemakmuran Inggris Raya dan Amerika Serikat (Agarwal et al, 2020). Tandai seseorang sedang mengalami QLC adalah banyak membahas mengenai kegagalan, pengangguran, putus sekolah, putus cinta, stuck pada suatu keadaan, dan banyak kata lain yang cenderung pesimis serta tidak percaya akan kemampuan diri sendiri (Robinson, 2019).
Ketika dicermati lebih jauh, cukup banyak juga mereka yang bercerita dan membahas tentang “aku”. Prinsip ke-aku-an menjadi sangat terasa jika kita sudah memasuki ranah ini. Seolah center dari dunia ini adalah aku dan kalian semua adalah figuran. Memang masalah ini belum cukup menjadi tren di kalangan pemuda Indonesia, akan tetapi mereka yang rajin bermain Twitter pasti sudah mengetahui apa itu QLC. Apa yang menjadi masalah utama dari remaja di Indonesia? Apa sebenarnya hal yang menjadi sebuah kesedihan mendalam? Bisa saya katakan kegagalan dan iri ketika melihat keberhasilan orang lain merupakan momok mengerikan remaja di Indonesia. Bukan tanpa alasan karena saya sendiri pernah mengalami itu dua tahun silam. Tahun dimana seakan dunia “saya” sudah berakhir. Kegagalan bertubi-tubi tiada henti menjadi penyerang utama hati bahkan hampir sampai pada keraguan pada kebenaran Illahi. Ditambah dengan hasil gemilang dari teman-teman seperjuangan yang seakan mulus tanpa hambatan. Bagaimana dia bisa mencapai titik itu sedangkan “aku” tertinggal seribu bahkan dua ribu langkah di belakang mereka semua.
Mungkin yang akan saya bahas kebanyakan adalah tentang kegagalan masuk universitas, namun tidak ada salahnya bagi pembaca untuk menganalogikan bahasan saya sesuai dengan situasi dan keadaan masing-masing karena tulisan ini bukan tentang saya melainkan kalian sendiri. Ya, bisa saya sebut tulisan ini adalah tentang kalian. Bagaimana? Aneh bukan? Biasanya ketika kita berbicara panjang lebar bahkan disertai dengan tinggi sekalipun, pembahasan utama adalah tentang saya, aku, dan apapun yang terkait denganku. Seolah tanpa adanya aku, dunia tidak baik-baik saja. Pernahkah kalian menulis demi orang lain? Melakukan sesuatu demi orang lain? Jika iya, saya ucapkan selamat karena anda sudah selangkah untuk menjalani QLC. Sesuai judul tulisan ini, Qonaah Life Cycle.
Jika kita berangkat dari salah satu hadis nabi yang terjemahnya berbunyi, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain” maka kita akan mengetahui bahwa orang paling mulia di dunia ini tidak meng-aku-kan diri. Mungkin jika saya yang memiliki kedudukan kuat seperti beliau, yang kata-katanya akan dijadikan pedoman bagi orang lain, dan pastinya orang itu akan menurutinya, jelas akan saya katakan “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagiku”. Nabi tidak pernah meng-aku-kan diri kecuali sebagai seorang hamba Allah, utusan Allah, dan apapun yang mengukuhkan bahwa beliau adalah bukan siapa-siapa dan tidak mempunyai daya apa-apa kecuali pertolongan Tuhan. Namun, justru dengan sikap ini kita memandang beliau sebagai seorang yang mulia dan berkedudukan. Jika berperilaku demikian, apapun pemberian Tuhan akan diterima dengan lapang dada dan tanpa sedikitpun mempertanyakan keputusan-Nya. Bahkan suatu saat, nabi berdoa dan tidak dikabulkan oleh Allah. Bukan karena tidak dicintai Allah, namun untuk membuktikan bahwa nabi yang orang paling mulia dan tidak pernah berdosapun bisa doanya tidak dikabulkan, apalagi hanya kita yang derajatnya jauh di bawah nabi.
Bandingkan sifat ini dengan kita. Merasa bahwa kita mempunyai kemampuan di atas manusia rata-rata lalu hanyut terbawa dalam lautan nista kesombongan. Celakanya ada yang sampai berpikir bahwa kita melakukan semua hal semata-mata karena kemampuan alami dan tanpa bantuan Tuhan. Hei, siapa yang memberimu kemampuan jika bukan Tuhan? Dengan sikap yang seolah menjadi orang yang tinggi ini justru kita akan dikucilkan dan dianggap rendah oleh orang lain apabila orang tersebut mengetahuinya. Beruntunglah kita karena sikap tinggi ini tidak kita beberkan kepada orang lain dan hanya terkunci dalam benak nurani yang sekelibat saja muncul saat diri sedang termenung. Aneh bukan? Ketika kita merasa rendah justru orang memandang tinggi, namun begitu pula sebaliknya.
Apa kaitannya dengan QLC ini? Ketika kita memandang semua hanya tentang aku dan keuntungan bagiku tanpa menghiraukan kehadiran kalian, maka akan sulit untuk bisa menjadi orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dengan demikian juga semakin sulit untuk menjadi sebaik-baik orang seperti yang dikatakan nabi. Darimana akar masalahnya? Kita merasa dan selalu berkata “aku” ketika tidak puas akan keputusan Tuhan. Dalam bahasa agama, kita tidak bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Menjadi gagal itu adalah keputusan Tuhan. Apakah Tuhan kejam? Tidak, itu semata-mata agar kita mau untuk belajar, merenung, mengkerdilkan diri di hadapan-Nya, dan tentunya introspeksi diri. Bukan keputusan Tuhan yang salah, mungkin adalah salah satu sikap atau sifat kita yang salah dan kita tidak menyadarinya. Kesombongan kah, tamak kah, pelit kah, atau apapun sifat buruk yang selama ini kita lakukan namun tidak kita sadari. Tuhan baik karena hendak menyadarkan kita untuk tidak melakukannya kembali, agar tidak terlarut dalam kenistaan dosa, dan tentunya agar tidak mendapat balasan-Nya di akhirat nanti.
Ketika kita bisa menerima setiap keputusan Tuhan atau qonaah dalam bahasa Arab, insyalllah kita tidak akan merasa mengalami krisis dalam hidup kita. Kita akan selalu merasa cukup terutama pada masa remaja ketika kita sedang diberi nikmat berupa kesehatan, kekuatan, dan mantapnya pemikiran-pemikiran yang banyak orang terlena karenanya sehingga selalu berpikir bahwa aku hebat, aku kuat, aku tangguh, semua bisa kulakukan dengan kemampuanku. Dengan sikap ini, jika bisa melakukan sebuah hal kita tidak sombong dan jika gagal dalam suatu pencapaian kita tidak jatuh dalam penderitaan dan rasa insecure karena sejatinya kita paham bahwa memang kita bukan siapa-siapa. Dengan demikian, kita tidak mementingkan diri sendiri dan selalu berbuat baik ataupun menebar manfaat kepada orang lain karena sudut pandang kita sudah bukan tentang “aku” melainkan tentang kalian. Bukan lagi kulakukan perbuatan ini semata-mata untuk keuntunganku, melainkan aku melakukan ini untuk kalian. Untuk itu kita bisa melawan QLC dengan QLC. Dan dengan QLC yang kedua ini semoga kita bisa mewujudkan apa yang disampaikan nabi tentang menjadi manusia terbaik. Dengan demikian apakah kita tidak boleh mengejar suatu tujuan? Maaf, tulisan ini sudah terlalu panjang dan mungkin pembahasan tersebut masih terkorelasi dengan salah satu tulisan saya yang berjudul NKCTHI. Semoga bisa bermanfaat.

Salam cinta dan kasih dari penulis
Yogi Tri Sumarno

28 Maret 2020

Referensi:
1. Agarwal, S., Guntuku, S. C., Robinson, O. C., Dunn, A., & Ungar, L. H. (2020). Examining the phenomenon of quarter-life crisis through artificial intelligence and the language of Twitter. Frontiers in Psychology11.
2. Robinson O. C. (2019). A longitudinal mixed-methods case study of quarter-life crisis during the post-university transition: locked-Out and Locked-In forms in combination. Emerg. Adulth. 7 
3. Rosen E. (2019). The Radical Sabbatical: The Millennial Handbook to the Quarter Life Crisis. London: John Catt.

0 komentar:

          Tahun 2018 sudah memasuki bulan Agustus, bulan dimana masa-masa pendaftaran untuk PTN sudah mulai berakhir dan bagi para mahasisw...

Antara Benci, Sayang, atau Sangat Sayang ?

    

    Tahun 2018 sudah memasuki bulan Agustus, bulan dimana masa-masa pendaftaran untuk PTN sudah mulai berakhir dan bagi para mahasiswa baru akan
lekas meninggalkan masa terindah SMA mereka menuju belantara kehidupan perkuliahan. Perjalanan kehidupan memang baru saja dimulai, namun bagaimana dengan mereka yang
masih belum diberi kesempatan mendapatkan apa yang dicita-citakan ?
Di satu sisi sebagai kawan, hendak rasanya menghibur mereka yang bisa dibilang kurang beruntung, namun di sisi lain takut dikira sombong atau "dumeh".
Bahkan dari sisi orang yang gagal pun jelas sangat malas untuk mendengarkan ocehan teman yang tidak ikut merasakan pahitnya kenyataan. Oleh karena itu, saya di sini tidak ingin ceramah ataupun menasehati.
saya hanya ingin berbagi cerita hiburan satu arah kepada para pembaca berdasarkan pemikiran sekaligus pengalaman saya.

    Kata hebat tersemat bukan kepada mereka yang ada di kedokteran, pertambangan, peternakan, pertanian, maupun ilmu Alam.
Justru ketertarikan dan kekaguman saya terletak pada mereka yang dikatakan oleh kebanyakan orang sebagai "pengangguran".
Bahasa halus nya adalah gap year. Entah kenapa, istilah ini menjadi momok yang sangat menakutkan khususnya bagi mereka para kelas 12 yang akan menghadapi berbagai pintu untuk masuk ke tingkat perguruan tinggi.
Momok tersebut seolah menjadi kenyataan yang membawa beban tersendiri pada bulan-bulan seperti ini.

    Ketika membuka pengumuman dan warna merah yang didapatkan, seolah menjadi pemandangan mencekam akan kelamnya masa depan. Lantas terlintas pemikiran,
Tuhan, aku sudah berusaha sekuat tenaga, aku sudah berdoa sepanjang masa, tapi kenapa tak kau kabulkan jua doa saya ?
Mereka yang semasa SMA tak pernah terlihat mengejar asa dapat masuk dengan begitu mudahnya, tapi kenapa terjadi sebaliknya kepada saya ?
Apakah ini hukuman, cobaan, atau ujian ? Apakah Tuhan sudah tidak sayang kepadaku ?

Lihat, setan bisa masuk dengan mudahnya melalui sempitnya celah kegagalan, secara tidak langsung kita mengoreksi keputusan Tuhan, meragukan kredibilitas dan keadilan Tuhan,
bahkan tanpa angin dan tanpa ada hujan, rasa iri dan prasangka buruk kepada teman muncul seketika itu juga padahal bisa saja
usaha orang tersebut lebih besar daripada usaha kita, hanya kita saja yang tidak mengetahuinya.
Emang gimana sih rasanya?
Sedih, iya. Susah, iya. Malu, ini apalagi luar biasa hebat rasanya. Ketika sebagian sibuk dengan tugas maba dan twibbon mereka, sebagian yang lain sibuk merenungi nasib dan enggan bersosial media.
Tuhan tidak sayang ? Bagaimana mungkin Tuhan tidak sayang padahal Ia adalah Maha atas segalanya,teman mu saja merasa kasihan masa Tuhan tidak? Bahkan dari sekian banyak nama Tuhan yang disebut bahkan sampai 2x dalam ibunya al Quran adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
(untuk lebih jauhnya tidak akan saya bahas di sini, Insyaallah lain waktu dan lain tulisan hehe)

Padahal jika mau berpikir ulang dan melihat lebih ke depan, tak hanya stagnan pada satu keadaan, menganggur merupakan hadiah istimewa yang tak di dapatkan oleh setiap manusia. Lho, kok bisa ?
Oke, mudahnya gini ketika sedang chatingan, kita menulis pesan yang begitu panjang. Sebenarnya lebih seneng langsung di balas, Y, Ok, ya,
atau justru lebih seneng ketika udah di read lantas meskipun menunggu sejenak untuk "typing" lalu di jawab dengan panjang kali lebar juga?
Oleh karena itu, bagi yang langsung di jawab doanya, jangan lantas merasa bangga, justru bisa jadi malah "di lulu" oleh Tuhan.
Atau Memang tak ada yang tau sebuah kejadian itu adalah hukuman atau ujian, namun selalu berprasangka baik lah kepada Tuhan dan menganggap ini adalah ujian untuk menaikkan derajat kita.
yang jelas pesan ataupun doa yang kita panjatkan Insyaallah akan selalu di balas entah bagaimanapun caranya, tidak hanya akan di read saja hehe

Bukankah malah bisa untuk cerita kepada teman-teman ataupun istri dan anak kelak di hari tua tentang masa-masa ini? Wah, dulu ayah ndak bisa langsung kuliah tetapi blablabla
Apakah ada bukti konkretnya ? lihat saja mereka yang selama SMA pernah membuat beberapa masalah entah memalukan, menakutkan, maupun mengesankan. Pasti jelas berbeda dengan yang hanya stagnan saja.
Memang saat menjalaninya ketika itu terasa sangat berat, akan tetapi ketika semua sudah berlalu, bukankah hal tersebut malah menjadi cerita yang tak pernah membosankan?
Oleh karenanya, ya harus di syukuri pemberian Tuhan yang satu ini.

Halah, masnya enak ngomongnya, emang situ pernah nglakuin? Wew jangan salah ya, saya bisa bicara karena saya telah mengalaminya (Pernah saya jelaskan dalam tulisan saya bertajuk SNMPTN), yap saya adalah lulusan tahun 2017, meskipun sekarang Alhamdulillah saya sudah diberi
kesempatan oleh Tuhan untuk meneruskan studi di salah satu PTN di Yogyakarta. Namun, hal tersebut tetap tidak lantas menghilangkan titel masa lalu saya sebagai seorang pengangguran
jangan menyerah hanya karena sekali dua kali gagal, karena penulis sendiri sudah mengalami 6x kegagalan secara beruntun. Dan usaha yang ketujuh ternyata baru di ijabah oleh Allah.
kalo seperti kata orang-orang, setiap orang punya jatah gagal. Maka habiskan jatah gagal mu selagi muda. Kalau Gus Dur pernah mengatakan kegagalan itu seperti batu-bata.
semakin banyak yang kau miliki, maka akan semakin megah istana yang bisa kau bangun.

Waduh, gimana ya, aku ketinggalan setahun dari temen-temen yang lain. Eits tunggu dulu, apakah mnurutmu ilmu hanya bisa didapatkan di bangku sekolah/kuliah? Tentu saja tidak,justru selama setahun tidak menempuh studi,
saya malah mendapatkan banyak pelajaran berharga, beberapa sudah saya tuangkan dalam bentuk tulisan sedangkan yang lainnya masih tersimpan dalam memori dan seddang menunggu saat yang tepat untuk dicurahkan.
Silahkan pelajari apa yang bisa dipelajari, ilmu itu luas, saya beri sedikit contoh. Apakah kalian sudah tau apa perbedaan mencolok dari lingkungan di Jalan, Sekolah, dan pasar ?
Apakah hal semacam itu diajari di sekolah ? itu hanya sedikit dari sekian banyaknya ilmu yang telah Tuhan ciptakan.


Memang kita semua tidak dapat mengubah masa lalu, namun bukan berarti tak bisa mengusahakan masa depan bukan ?
Bukankah ketika dilanda masalah Tuhan telah memberi solusi beruba sabar dan sholat ? (makna secara panjang lebar akan saya bahas insyaallah dalam tulisan saya di masa mendatang hehe)
Memang ada peribahasa nasi sudah menjadi bubur, tapi bukankah bubur juga enak? Hanya tinggal dari mana kau memandang masalah tersebut, toh orang sakit pun malah hanya boleh makan bubur saja, justru lebih terasa manfaatnya bukan ?

So, bisa ditarik kesimpulan, Tuhan bukannya membenci ataupun hanya sekedar menyayangi kita sebagai hamba Nya, tetapi Ia justru Sangat Sayang pada kita semua.
Jalan Tuhan memang bukan yang termudah, bukan yang tersingkat, tapi pasti yang terbaik :)

Salam cinta dan kasih dari penulis :))

Yogi Tri Sumarno

04 Mei 2019

0 komentar:

Berbicara tentang kehidupan semua hanya ada istilah ikhtiar dan tawakal. Sering disebutkan bahwa ikhtiar lebih dulu dibandingkan dengan ta...

NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tawakkal Harus Ikhtiar)



Berbicara tentang kehidupan semua hanya ada istilah ikhtiar dan tawakal. Sering disebutkan bahwa ikhtiar lebih dulu dibandingkan dengan tawakal. Ketika kita sudah berikhtiar semaksimal mungkin sembari menunggu hasil tawakal menjadi kunci ketenangan jiwa untuk bisa tegar dan tabah dalam menghadapi setiap kemungkinan yang akan didapatkan nantinya. Akan tetapi ada sesuatu yang cukup unik ketika saya mendengarkan sebuah pengajian yang saya lupa siapa pengisinya namun beliau cukup kondang di dunia maya dan tentunya standar keilmuannya tak diragukan. Beliau mengatakan bahwa tawakal lebih didahulukan daripada ikhtiar. Memang cukup unik mengingat hal ini merupakan sebuah pernyataan yang cukup kontradiktif dengan pandangan yang ada di masyarakat. Mungkin jika kita sedikit mengubah sudut pandang bisa saja hal tersebut masuk dalam benak dan logika kita sebagai manusia.

Ada sebuah ungkapan bahwa, “Manusia boleh punya rencana, tapi Tuhan punya kuasa”. Apapun keputusan Tuhan nantinya adalah sesuatu yang absolut dan tidak bisa diganggu gugat. Namun bagaimanapun kita juga tidak tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan ketika hal itu belum terjadi. Maksud dari bertawakal kepada Tuhan sebelum ikhtiar adalah sebelum kita memulai semua usaha, sudah harus dipastikan bahwa apapun yang terjadi nanti, baik hasil maupun semua ikhtiar yang akan dilakukan semua adalah kehendak dari Tuhan yang tidak boleh disesali di masa depan. Hal ini tentu akan memberikan efek mental yang baik pada pelakunya karena sebelum dia memulai semua ikhtiarnya sudah tidak ada beban mental dan was-was terhadap hasil yang mungkin mengecewakan. Saya menyetujui hal ini karena memang saya pernah mengalaminya sendiri pada tahun 2019 lalu. Pada saat itu, saya sudah memantapkan hati dan pikiran untuk memasrahkan apapun hasilnya nanti kepada Tuhan. Saya sudah meyakini, Tuhan akan memberi yang terbaik nantinya, usaha seperlunya namun bersungguh-sungguh dan tidak putus asa akan rahmat dan karunia-Nya. Semua usahaku ini nanti Tuhan, semua karena kehendak-Mu, ku pasrahkan semua pada-Mu, kataku dalam hati. Dan ternyata saat menghadapi ujian, soal yang keluar adalah semua materi yang sudah ku pelajari dan anehnya pula, materi yang tidak ku pelajari tidak ada yang keluar. Mungkin anda tidak akan lantas percaya dengan cerita saya ini, namun tidak hanya saya sendiri yang mengalaminya. Akan tetapi, beberapa teman saya pun juga mengatakan hal yang sama meskipun dalam kasus yang berbeda. Mereka awalnya juga tidak percaya dengan cerita ini dan menganggapnya sebagai sebuah bualan belaka, namun ternyata setelah mengalaminya mereka baru membenarkan.

Berkata beliau Bapak KH Marzuki Mustamar bahwa perbedaan orang yang melakukan usaha dengan berdoa dan tidak adalah pada keberkahannya. Jika dari awal sudah kita doakan dan pada akhirnya tidak tercapai apa yang menjadi keinginan kita, namun kita sudah mendapatkan berkah dari doa yang kita panjatkan. Begitu pula sebaliknya ketika kita berhasil mendapatkan apa yang menjadi keinginan namun tidak disertai doa, maka jangan harap mendapatkan berkah dari Tuhan. Berkah itu seperti cinta, dia benar adanya. Dia tidak dapat dilihat dengan mata, diungkapkan dengan kata, namun hanya dapat dirasakan jika anda sendiri pernah mengalaminya. Dengan kita bertawakal sejak awal, secara tidak langsung kita sudah berdoa kepada Tuhan. Tak hanya hasil yang kita doakan, tapi juga usaha yang akan dilakukan. Jika kita bertawakal setelah berusaha maksimal, bukankah usaha itu belum mendapat berkah dari doa? Ya memang semua hanya masalah sudut pandang dan keyakinan. Saya tidak menyuruh para pembaca untuk membenarkan apa yang saya tulis, akan tetapi saya hanya memberikan sudut pandang serta logika yang menurut saya cukup menarik untuk diulas dan disebarluaskan kepada publik. Berbaik sangka kepada takdir Tuhan di masa depan merupakan sebuah kebaikan, menerima semua takdir yang sudah kita lalui juga sebuah kebaikan. Di dunia ini banyak sekali kebaikan yang sering kita lupakan hingga yang kita ingat hanyalah semua ujian yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya. Bukankah nikmat Tuhan lebih banyak daripada ujian dan cobaan-Nya?

Salam cinta dan kasih dari penulis :))

Yogi Tri Sumarno

29 Januari 2020

0 komentar:

Keseimbangan alam telah diatur sedemikian rupa oleh sang Pencipta sehingga masing-masing memiliki perannya masing-masing Di dunia ini ada...

Cinta dan Luka




Keseimbangan alam telah diatur sedemikian rupa oleh sang Pencipta sehingga masing-masing memiliki perannya masing-masing
Di dunia ini ada hukum keseimbangan yang memang di takdirkan untuk mewarnai perjalanan hidup manusia yang agar tak stagnan
Di mana ada hidup pasti ada mati, di mana ada pertemuan pasti ada perpisahan, karena sejatinya memang tak ada yang kekal abadi di dunia ini
Cinta dan Luka adalah dua hal berbeda yang tidak saling berkebalikan namun sering dikaitkan, bukankah lawan dari cinta adalah benci?
Namun, kenapa Cinta malah kadang bahkan hampir selalu bersanding dengan luka ?
Mereka ada di antara dua manusia, saling melengkapi untuk menghasilkan satu perasaan fluktuasi sebuah hati. Banyak pengalaman tlah terjadi,
mulai dari orang yang mencinta hingga siap untuk terluka atau bahkan mereka yang terluka karena sudah terlanjur mencinta.
Tidak ada yang harus disalahkan karena mereka memang ada untuk menemani kita, karena tanpa mereka hidup kan hampa tak bermakna.
Sebenarnya semua sama karena hanya akan berakhir pada satu muara, siapa lagi jika bukan sang Pencipta.

Saat ia tengah merasa manisnya cinta, kembalikan syukur kepada-Nya, karena sesungguhnya cinta-Nya lebih besar daripada semua yang ada di dalam dunia
Begitu pun saat tengah merasa pahit-getirnya luka, kembalikan kepada-Nya, karena Ia kan menyembuhkan segalanya.
Kadang hidup terasa berat, meninggalkan ribuan kenangan yang sudah jauh terpendam dalam ingatan. Namun, bukan berarti engkau melupakan kesempatan akan sejuta harapan di masa depan bukan?
Mungkin Tuhan hendak mengingatkan, kau kagum akan ciptaan-Ku, namun kau lupa pada-Ku ?
Bukan cintanya yang salah, mungkin apresiasi kita terhadapnya yang memang perlu kita benah
Bukan lukanya yang salah, mungkin cara kita menghadapinya yang kadang menimbulkan keluh dan kesah

Ya, semua itu perlu, pengalaman sedih sesak hingga rasanya tak ada lagi ruang untuk udara bertahan memang diperlukan untuk menilai seberapa tahankah dirimu akan terpaan ujian dan cobaan
Namun tenang, karena tak mungkin ada jalan tak ber-ujung dan ujian yang tak ber-akhir. Biarlah dinamika alam dan takdir Tuhan berjalan sesuai alurnya.
Jangan menyalahkan Tuhan karena telah memberi cobaan, mungkin Ia sudah memberi jalan keluar namun kita saja yang enggan,
Ya, enggan menerima sesuatu, seseorang, sebuah atau bahkan banyak se- dan se- lainnya yang sebenarnya merupakan sebuah jawaban.
Hanya bagaimana cara kita membaca dan menyikapi sebuah pesan dari Tuhan, apakah hanya di read tanpa kita balas, atau justru kita yang tak mau menghidupkan data karena masih terpuruk dengan masa lalu

Memang dunia ini adalah ruang untuk berpindah-pindah tempat, namun tidak untuk hati karena hati adalah tempat untuk menetap.
Jika dulu hatimu kau rasa terisi lalu kini ia telah pergi, jangan lantas merasa sendiri, Sebut dan isi lubang tersebut dengan nama Illahi
ya Allah ya Rabbi, ya Rahman, ya Rahiim. Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, bagaimana mungkin aku merasa kesepian bila Tuhanku adalah dia yang "Maha" atas segalanya
Maha atas kasih-Nya, Maha atas sayang-Nya, dan tak ada yang serupa dengan-Nya
Bukankah selama ini puncak kerinduan mu adalah kasih dan sayang ?
Memang mungkin kau tak bersama orang yang selalu kau sebut namanya dalam doa mu, namun bukan tak mungkin kau akan dipertemukan dengan dia yang selalu menyebut nama mu di dalam doanya.


salam cinta dan kasih dari penulis :))

Yogi Tri Sumarno

10 Juli 2018

0 komentar:

Banyak orang mengatakan bahwa sehat merupakan sebuah nikmat dari Tuhan yang sangat mahal harganya, hal ini karena jika seseorang sudah sa...

Tips Sehat




Banyak orang mengatakan bahwa sehat merupakan sebuah nikmat dari Tuhan yang sangat mahal harganya, hal ini karena jika seseorang sudah sakit, ia akan merogoh kocek yang cukup dalam untuk bisa sembuh dan beraktivitas seperti sedia kala. Dan anehnya, ketika sudah sehat, ia akan mati-matian kembali untuk mencari uang kembali dan karenanya jatuh sakit untuk kesekian kalinya. Begitukah yang namanya siklus setan? Tak tau benar saya apa yang ada di pikiran manusia tentang siklus sehat, sakit, sejahtera, dan uang ini dan bahkan cukup membingungkan. Sebenarnya cara untuk menjadi sehat adalah dengan cara bahagia. Tentu saja kita tak akan pernah merasa bahagia jika tidak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan untuk kita, semua nikmat serta rahmat-Nya. Jika kita kembalikan pada ushul/pokoknya, perintah untuk bahagia adalah pada QS Ibrahim ayat 7. Dalam ayat tersebut diperintahkan agar kita mensyukuri nikmat Tuhan dan niscaya akan Tuhan tambah nikmat yang diberikan kepada kita, namun begitu pula sebaliknya jika kita enggan untuk bersyukur sesungguhnya siksa-Nya sangat pedih. Secara tidak langsung jika kita mensyukuri nikmat Tuhan, kita kan hidup bahagia bukan? Dan tentunya nikmat sehat itulah salah satu yang akan terus Tuhan berikan pada hamba-Nya yang mau untuk bersyukur.

Dalam ilmu kedokteran, tubuh manusia bisa beradaptasi dengan dua cara yaitu fight or flight. Fight di sini berarti bertarung dan flight berarti kabur. Pada zaman dahulu terutama saat manusia masih hidup di alam liar, sangat mungkin dan hampir setiap hari dia akan bertemu dengan bahaya seperti binatang buas dan lain sebagainya. Secara otomatis, otak akan menganalisis keadaan pada saat itu dan memberikan respon serta perintah kepada tubuh untuk melakukan sesuatu agar tubuh dari manusia itu selamat dan terhindar dari kematian. Jika otak merasa bahwa kamu bisa menang jika bertarung, maka semua cadangan makanan akan dipersiapkan untuk melakukan pertarungan. Begitupun ketika otak merasa bahwa kamu hanya bisa selamat jika kamu berlari dan tidak bertarung. Semua cadangan energi yang ada akan dipersiapkan untuk melakukan pelarian dan menyelamatkan diri. Namun belakangan ini selain fight or flight telah disimpulkan bahwa ada juga freeze atau diam. Hal ini hanya dialami oleh manusia modern karena pada saat ini bahaya yang kita alami sudah tidak berupa sesuatu yang nyata dan bisa dihadapi dengan pertarungan atau kabur meninggalkan arena pertempuran. Akan tetapi, masalah yang kita hadapi hanya ada dalam pemikiran kita sendiri dan biasa orang sebut dengan stres. Secara alamiah otak akan menganalisa sebuah masalah dan menyimpulkan pada dua keadaan seperti yang sudah saya jabarkan. Semua cadangn energi sudah disiapkan untuk mengahdapi dua hal tersebut, dalam hal ini gula otot telah diubah menjadi gula darah agar bisa segera digunakan oleh tubuh untuk menjadi energi untuk bertarung dan berlari. Namun pada kenyataanya, tubuh hanya diam tak tidak melakukan apapun. Ia seperti menghadapi masalah besar namun tidak memanfaatkan energi yang sudah melimpah dalam darahnya. Akibatnya adalah kadar gula darah terlalu banyak dan dalam jangka waktu yang terus menerus. Inilah alasan kenapa penyakit diabetes menjadi sangat populer di masyarakat. Alasannya adalah karena pemikiran manusia yang mudah stress dan tidak diimbangi dengan olahraga teratur serta pola hidup yang sehat.

Dengan demikian memang terbukti bahwa mensyukuri semua ketetapan Allah dan senantiasa bahagia adalah kunci hidup sehat. Apalagi jika ditambah dengan memberikan sedekah secara rutin karena memang salah satu manfaat sedekah adalah menjauhkan mara bahaya termasuk sakit dan lain sebagainya. Bagaimana bisa bersedekah secara rutin? Tentu saya akan menjawabnya dengan sangat mudah bahkan kita selama ini sudah difasilitasi oleh pemerintah. Apalagi jika bukan BPJS. Mulai beberapa tahun terakhir, pemerintah mewajibkan seluruh rakyat memiliki jaminan kesehatan berupa BPJS karena mengurus SIM dan berbagai dokumen lain pun harus melampirkan BPJS sebagai syaratnya. Isu terkini pada awal tahun ini adalah kenaikan biaya BPJS hingga 100% yang menyebabkan keluhan di masyarakat. Namun, bagaimana cara menyikapi hal itu? Daripada hanya mengeluh dan tidak merubah keadaan, saya pribadi cenderung memilih untuk meniatkan diri bersedekah kepada semua saudara saya baik seagama, sebangsa, setanah air dan mendoakan semoga penyakitnya segera diberi kesembuhan ketika membayar iuran BPJS. Saya yakin pada Allah bahwa dengan sedekah ini, saya sekeluarga akan dihindarkan dari segala penyakit dan mara bahaya. Mungkin marilah kita sama-sama mengubah pola pikir dari, “Saya tak pernah memakai BPJS, kenapa saya harus bayar?” menjadi, “Saya membayar BPJS untuk bersedekah dan membantu sesama, semoga saya tidak memakainya karena senantiasa diberi kesehatan.”. Semoga Allah senantiasa memberikah rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua. Amin.

salam cinta dan kasih dari penulis :))

Yogi Tri Sumarno

03 Februari 2020

0 komentar: