Manusia adalah makhluk sosial, hal ini sudah bukan hal baru dalam teori ilmu sosial. Dimana manusia saling membutuhkan man...

Memanusiakan Manusia

   

       
    Manusia adalah makhluk sosial, hal ini sudah bukan hal baru dalam teori ilmu sosial. Dimana manusia saling membutuhkan manusia bahkan benda lain untuk mendukung kehidupannya.
Namun, pada masa ini dimana semua teori mulai dikembangkan menjadi sedemikian rupa, justru teori ilmu sosial dasar ini malah semakin pudar dan sangat sering dijumpai keberadaannya.
Lho, bukannya ilmu sosial juga sudah berkembang pesat? Iya memang, berkembang teorinya, namun memudar dalam hal praktiknya. Prinsip ini sudah mulai kalah dengan prinsip jual-beli dan hamba-tuan.

           Ilmu ekonomi yang dalam hal ini jual-beli berkembang jauh lebih pesat bahkan tak terasa justru mampu masuk ke dalam aliran darah manusia. Melakukan ini dan itu berdasarkan kalkulasi nalar dan pemikiran tentang buah
yang kan didapatkan. Jika aku begini aku cuma dapat ini, lebih baik melakukan itu karena untungnya lebih banyak. Tidak apa jikalau hal ini berkenaan dengan suatu barang dan memang transaksi jual-beli.
            Namun mirisnya, hal ini masuk ke ranah sosial kemanusiaan. Sangat jarang ada orang yang mau melakukan suatu hal atas nama kemanusiaan. Bahkan yang lebih parah adalah membungkus jual-beli dengan label kemanusiaan.
Misalnya saja dalam hal kesehatan, memenangkan suatu tender produk tertentu bukan karena kepentingan masyarakat banyak khususnya kalanagan menengah ke bawah namun karena sudah ada perjanjian di belakang bahwa yang bersangkutan akan mendapatkan hadiah tertentu jika berhasil memenangkannya.
             Dalam hal lain yang tak bisa disebutkan satu per satu pun sebenarnya juga banyak terjadi hal serupa, selalu ada pemikiran "apa untungnya buat ku?". Manusia terlalu memikirkan dan mengkalkulasi nilai jual-beli berdasarkan logika semata
hingga melupakan bahwa sesungguhnya masih ada transaksi jual-beli yang sudah dijanjikan tak ada kata rugi di dalamnya. janji ini sudah disampaikan oleh Yang Maha atas segalanya. Dalam perhitungan manusia, jikalau kita mempunyai 10 barang,
kita berikan (sedekah) satu, maka hanya tersisa 9 saja. Namun, dalam kalkulasi Tuhan, ia akan mengganti 1 dengan 10, sehingga akhirnya memiliki 19 barang. Namun, kembali lagi kepada etika, apakah kita pantas untuk melakukan kalkulasi dengan Tuhan ?
             Memang yang terbaik adalah lakukan apa yang bisa dilakukan meskipun hal itu kecil. Tuhan tak pernah menilai hasil yang dicapai, akan tetapi proses apa yang sudah dilalukan untuk mencapai hasil tersebut. Almaghfurullah KH Sahal Mahfudz pernah berkata bahwa
"Menjadi orang baik itu mudah, engkau cukup diam, kau sudah terlihat baik. Akan tetapi, untuk menjadi bermanfaat itu butuh perjuangan."

            Selain prinsip jual-beli, prinsip hamba-tuan juga tak kalah trendi. Semua pekerjaan dilakukan sebatas hubungan fisik yang tak terlihat antara hamba-tuan. Kenapa aku melakukan pekerjaan ini? Ya karena aku sudah disuruh oleh pemimpin, aku harus mau.
Sehingga hampir semua yang dilakukan dengan perasaan hambar dan tak ada kesan apa-apa. Toh misalnya ada hanya kenangan buruk entah dimarahi atasan ataupun keluh-kesah pekerjaan. Hal ini menyebabkan tidak berkembangnya naluri alamiah dari manusia itu sendiri.
            Manusia dilahirkan dengan "fitrah" cinta dan kasih. Anak-anak bermain dan melakukan segala aktivitas dengan penuh cinta, mereka melakukan itu semua tanpa paksaan sedikitpun. Semisal ada yang jatuh atau sebuah insiden, tanpa diajarkan pun hati nurani mereka akan segera menolong.
Tak terbesit sedikitpun pemikiran, "Aku akan dapat apa jika nolong dia?". Se-lelah apapun anak-anak, mereka tak akan mengeluarkan keluh-kesahnya dengan nada sinis, karena memang mereka melakukan semuanya bukan karena paksaan atasan atau siapapun. Mereka melakukan itu semua murni dari hati dan kecintaan mereka. Tulisan ini tidak untuk ditelan mentah-mentah bahwa semua prinsip ikhlas dan tak boleh mendapat upah/gaji. Penulis juga tidak ingin mengatakan bahwa materi tidak penting. Karena memang manusia juga membutuhkan materi untuk menyambung hidup. Manusia juga membutuhkan makan, kelak akan berumah tangga, dan lain sebagainya. Hanya saja, kita juga tak boleh melupakan siapakah kita sebenarnya.
           Gaji berupa uang adalah hak yang harus diberikan setelah kewajiban terlaksana. Justru, jika kerja tidak digaji, malah tidak sesuai juga dengan prinsip kemanusiaan. Materi hanya sebagai "lantaran" untuk manusia meneruskan kehidupan di dunia sekaligus mempersiapkan bekal kehidupan sesudah kematian nanti. Jangan sampai materi menjadi penyebab hilangnya sebuah cinta dan kemanusiaan.
          Salah seorang teman penulis dari salah satu kampus ternama pernah berkata "Saat semua melulu soal materi, tanpa kau sadari kau sedang membuat perikemanusiaanmu mati". Oleh karena itu, marilah kita semua menjadi manusia yang sesungguhnya. Bukan manusia yang kalkulasi maupun manusia gila materi. Namun bisa menjadi manusia yang sesungguhnya yaitu manusia yang bisa memanusiakan manusia.
Salam cinta dan kasih dari penulis :))

Yogi Tri Sumarno

18 September 2018

0 komentar:

                     Khoirunnisa, siapa yang tak kenal nama pemudi yang satu ini, ia bersama grup Sabyan kini tengah menjadi trending dan p...

Nissa_Sabyan, Trend Pemuda-Pemudi Masa Kini

       

 
         Khoirunnisa, siapa yang tak kenal nama pemudi yang satu ini, ia bersama grup Sabyan kini tengah menjadi trending dan perbincangan di masyarakat seantero nusantara.
Dengan parasnya yang cantik serta suaranya yang sangat merdu, ia telah digandrungi oleh banyak sekali penggemar baik dari kaum adam maupun kaum hawa.
Sabyan telah sukses bersama dengan nisa untuk menghanyutkan masyarakat untuk bersama-sama menggaungkan sholawat di bumi nusantara bahkan hingga ke beberapa negara tetangga.
Dendang-dendang sholawat nya telah sukses mengisi playlist dari kebanyakan orang, bahkan termasuk penulis sendiri. Ya, penulis sudah mengoleksi hampir semua lagu sholawat
dari Nissa sabyan disamping lagu-lagu dari grup band wali dan sholawat dari Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf.

         Apakah hal ini merupakan sebuah prestasi? Dari sudut pandang penulis hal ini adalah suatu prestasi besar yang sangat layak untuk diapresiasi
Setelah beberapa saat lalu nama Islam kembali tercoreng oleh beberapa kasus bom bunuh diri yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia dan mengatasnamakan membela agama Islam,
Kini, Islam seolah mendapatkan angin segar untuk mulai dicintai oleh masyarakat dari berbagai kalangan melalui sholawat dari Nissa ini.
Bagaimana tidak, hampir seluruh tempat yang dikunjungi oleh penulis berulang kali memutar lagu dari Nissa ini, baik di rumah makan, tempat perbelanjaan, bahkan
ketika penulis mudik kemarin, sholawat dari Nissa ini juga di putar di dalam bus untuk bisa membuat para penumpang ikut menyanyikan syair-syair dari sholawat ini.

        Disamping dari mengembalikan kesejukan dakwah Islam yang sempat ternodai oleh segelintir oknum, Nissa sabyan juga telah memberikan nuansa baru di tengah boomingnya
musik dangdut yang merupakan musik khas nusantara dan juga demam K-Pop yang sedang terjadi di negeri ini.
Gambus yang dulu dianggap ketinggalan zaman dan tidak menarik, berubah total 180' setelah munculnya sabyan grup.
Demam dangdut yang merajalela hingga anak sd pun bisa hafal lirik "bojo galak" kini perlahan mulai mengganti liriknya dengan "Ya 'asyiqol musthofa" dan "ya habibal qolbi"
meskipun memang ada juga yang tidak tau maknanya, tapi tak mengapa karena meskipun tak tau tetap bisa mendapatkan pahala.
Hal ini sejalan dengan beberapa pendapat ulama yang menyatakan bahwa amalan yang paling menjanjikan untuk diamalkan di akhir zaman adalah bacaan sholawat, hal ini karena
sholawat adalah amalan yang pasti diterima oleh Allah karena menghubungkan antara Hamba-Nabi Muhammad saw-Allah,
untuk lebih jelas nya, silahkan datangi guru ngaji masing-masing. Lantas, apa saja keutamaan sholawat ?
Kenapa begitu berarti dan berkesan ? Apa sebenarnya manfaat dan balasan sholawat?
untuk jawaban singkatnya berupa video yang bisa di lihat di instagram saya (@yogieinstein). Silahkan di cari dengan judul "balasan sholawat".

          Keberhasilan Nissa dalam sholawat mengikuti kesuksesan grup sholawat yang terdiri dari 3 orang yang bernama aleehya
Mereka memiliki daya tarik dalam mengubah lirik-lirik lagu kekinian dengan syair sholawat, diantaranya adalah jaran goyang, baby shark,
perfect, dan havana.
Jauh sebelum kehadiran 2 grup sholawat ini, sudah ada tokoh yang juga sangat berjasa dalam membumikan sholawat di bumi nusantara, siapa lagi jika bukan
Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf, ya beliau biasa dipanggil habib syekh dan sudah memiliki banyak sekali penikmat yang menyebut dirinya syekhermania
Beliau berdakwah dengan mengajak umat untuk bisa menikmati sholawat kepada junjungan nabi Agung Muhammad dengan seni dan kesejukan.
Hanya perbedaannya adalah 2 grup ini lebih menggunakan alat musik yang sudah terbilang modern dan liriknya kebanyakan berbahasa Indonesia,

         Hal ini sekaligus membuktikan bahwa cara masyarakat nusantara menerima agama Islam adalah bukan dengan kekerasan, namun justru dengan menggunakan seni yang indah.
Setelah dulu wali songo datang membawa ajaran Islam menggunakan cara damai berupa seni wayang dan akulturasi budaya,
hari ini telah muncul seni seni baru, keindahan baru, yang juga membawa kedamaian. Bukan tidak mungkin, kesuksesan beberapa tokoh yang telah disebutkan tadi
akan diikuti oleh pemuda-pemudi Islam di masa yang akan datang, untuk terus mendakwahkan agama ini,
agama yang merupakan Rahmatan lil 'alamin, entah dengan cara yang bagaimana, yang jelas adalah dengan kelembutan.

        Akan tetapi, di tengah suksesnya grup sholawat tersebut, tiba-tiba saja diikuti viral nya pernyataan tentang haramnya musik. Musik adalah sesuatu yang haram dan bathil,
tidak bisa bila dicampur dengan sesuatu yang haq seperti syair sholawat.
Namun hemat penulis, pembahasan mengenai halal-haramnya musik sudah tidak menarik lagi,yang lebih menarik adalah bagaimana cara kita untuk bisa memberdayakan ciptaan Allah berupa instrumen musik dan segala aspek keindahan nya,
untuk menghanyutkan kita  agar senantiasa ingat kepada Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini. Dengan dasar semua dari Allah dan kita kembalikan untuk mengingat Allah.
Karena sejatinya, puncak dari ibadah adalah keindahan. Dimana kita mempunyai modal "kebenaran" yang dituangkan dalam output berupa "kebaikan" untuk bisa mencapai sebuah "Keindahan".

        Semoga saja, berkah sholawat ini bisa dirasakan oleh seluruh umat manusia, bukan hanya orang Islam, namun bisa dinikmati oleh seluruh umat manusia. Membuatnya hanyut dan luruh
untuk bisa mengingat Tuhan dan utusan Nya, dan semoga dengan berkah nya juga menjadi perantara manusia agar bisa berbondong-bondong mendapatkan hidayah dari Allah ta'ala

salam cinta dan kasih dari penulis :))

Yogi Tri Sumarno

11 Juni 2018

0 komentar: